Senin, 05 Januari 2009

sambiloto



Keampuhan sambiloto menurunkan kadar gula darah dikenal sejak nenek moyang. Mereka meyakini kandungan zat pahit pada sambiloto menetralkan rasa manis akibat kadar gula darah tinggi. Kepercayaan itu terbukti secara empiris. Pantas bila cerita tentang khasiat ki oray-sebutan sambiloto dalam bahasa Sunda-terwariskan hingga sekarang.

Nenek moyang kita merebus segenggam daun sambiloto kering-setara 1-2 gram- dalam 3 gelas air hingga tersisa segelas. Keesokan hari air rebusan itu dikonsumsi 3 kali sehari. Dalam beberapa hari, gejala kencing manis seperti mudah haus, sering berurine, dan mata buram pun perlahan mereda.

Terbukti ilmiah

Di era modern keampuhan sambiloto menurunkan kadar gula darah bukan lagi sekadar mitos. Berbagai penelitian di tanahair membuktikan khasiat anggota famili Acanthaceae itu. Salah satunya pengujian pada tikus percobaan.

Tikus yang diuji dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok I alias kontrol diberi larutan tragakan berkadar 1%. Tiga kelompok lainnya diberi sambiloto yang diekstrak dengan heksana, etilasetat, dan etanol berdosis 0,5 g/kg bb tikus. Kelompok sisanya diberi tolbutamid berdosis 0,315 g/kg bb untuk perbandingan. Tolbutamid senyawa aktif yang biasanya terkandung dalam obat diabetes di pasaran.

Sebelum percobaan tikus dipuasakan selama 18 jam, tetapi tetap minum. Satu jam setelah perlakuan, seluruh tikus diberi larutan glukosa 10% berdosis 2 g/kg bb secara oral. Kadar gula darah diukur pada 30, 60, 90, dan 150 menit setelah pemberian glukosa.

Hasil riset menunjukkan kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol mampu menurunkan kadar gula darah dari rata-rata 170,81 mg/100 ml menjadi 79,31 mg/100 ml dalam waktu 150 menit. Sedangkan tikus yang diberi sambiloto yang diekstrak dengan heksana dan etilasetat tidak menunjukkan perubahan bermakna.

Keampuhan sambiloto menurunkan glukosa darah berkat interaksi senyawa aktif yang terkandung di dalamnya. Daun sambiloto mengandung laktone yang terdiri atas deoksiandrografolida, andrografolida, neoandrografolida, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolida, dan homoandrografolida.

Sambiloto juga kaya flavonoid, alkana keton, aldehida, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan damar. Aneka flavonoid seperti polimetoksiflavon, andrografin, panikulin, mono-0-metilwithin, dan apigenin-7,4-dimetileter juga terdapat pada bagian akar.

Andrografolida senyawa aktif paling dominan. Berdasarkan penelitian senyawa itu berkhasiat antidiabetes. Caranya dengan meningkatkan kadar betaendorfin dalam plasma. Betaendorfin adalah neurotransmiter yang berefek analgesik alias pereda rasa sakit dan antipiretik atau penenang. Khasiatnya mengurangi tekanan psikis para pasien. Kondisi stres mengacaukan metabolisme tubuh sehingga pasien sulit mengendalikan kadar gula darah. Andrografolida juga berfaedah menurunkan aktivitas pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa nonkarbohidrat seperti piruvat dan laktat. Dengan begitu kadar gula darah pasien dapat dikendalikan.